Hasil perkebunan kelapa sawit adalah buah sawit
yang termaktup dalam tandan-tandan atau biasa yang dikenal dengan istilah TBS
(tandan buah segar). Kulit buah kelapa sawit (eksoskrap) yang sudah siap panen
berwarna merah hati dengan sedikit kuning dan tampak berkilat. Bagian tengah
buah sawit (mesoskrap) terdiri dari serabut atau biasa disebut fiber berwarna
jingga. Sangat mirip dengan sabut buah kelapa. Pada bagian tengah terhadap
cangkang keras (endoskrap) berwarna hitam bertekstur. Di bagian dalam cangkang
itu terdapat daging buah atau inti sawit (kernel) berwarna putih. Daging buah
sawit itulah yang akan diolah menjadi minyak sawit atau yang biasa disebut
dengan palm crude oil (CPO). CPO tersebut akan diproses kembali menjadi minyak
goreng. Berapa produk olahan turunan dari CPO adalah sabun, margarin, lilin,
kosmetika, sampai produk farmasi.
Pada
pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS), ada beberapa tahapan yang harus dilalui agar
kelapa sawit bisa menghasilkan CPO. Salah satunya adalah proses pemisahkan inti
dari cangkang. Rata-rata sebuah pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) mempunyai
kapasitas olahan 30-50 ton kelapa sawit per jam. Sedangkan limbah yang
dihasilkan bisa mencapai 2 kali lipatnya. Limbah pengolahan kelapa sawit itu
berupa cangkang dan serabut (fiber). Bisa kita bayangkan berapa ton cangkang
sawit yang bisa dihasilkan oleh 1 PKS saja dalam sebulan.
Lalu
bagaimana cangkang sawit bisa menjadi sumber energi alternatif yang paling potensial
sebagai pengganti BBM?
Pada pabrik
kelapa sawit, ketel uap ( boiler ) merupakan bagian penting dalam sebuah pabrik
kelapa sawit. Boiler ini lah yang akan menjadi sumber tenaga dan sumber uap
yang akan digunakan untuk melakukan proses pengolahan kelapa sawit. Agar
kualitas uap yang dihasilkan mampu mencukupi kebutuhan, maka diperlukan energi
panas untuk melakukan proses penguapan. Energi panas tersebut dapat diperoleh
dari proses pembakaran yang dilakukan di dalam ruang bakar boiler. Bahan bakar
yang biasa digunakan untuk proses penguapan tersebut adalah cangkang sawit, selanjutnya Cangkang Sawit kemudian di coba digunakan untuk industri penghasil Bata ringan, Heubel, Kertas, Laundry/ Pakaian
(Tekstil), Kimia dan Industri lainnya yang menggunakan Boiler (kecuali Industri
pengolahan besi/baja) dan hasilnya
sangat memuaskan. Banyak perusahaan sejenis
industri diatas yang beralih ke Cangkang Sawit setelah mencoba
menggunakannya.
Mengapa
digunakan cangkang sawit? Berikut ini adalah alasannya :
- Ketersediaan cangkang sawit
sangat besar.
- Lebih ramah
lingkungan
- Sisa hasil
pembakaran jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Batubara.
- Untuk
Service Boiler 1 tahun
- Kalori dari cangkang
sawit memenuhi persyaratan untuk mampu mencukupi kebutuhan panas yang
diperlukan.
- Pemakaian
lebih hemat dari Batubara.
- Sisa dari pembakaran cangkang
sawit kemudian dapat dimanfaatkan lagi sebagai pupuk untuk tanaman kelapa
sawit atau pun tanaman lainnya bukan limbah beracun.
Perbandingan Pemakaian
Cangkang Sawit dengan Batubara
1. Pemakaian Batubara sebanyak 1 ton setara dengan
pemakaian Cangkang Sawit 900 kg ( cangkang sawit lebih hemat 10%).
2. Untuk sisa pembakaran 1 ton Batubara limbahnya
adalah ± 30% ( 300 kg), sedangkan Cangkang Sawit sebesar ± 8% (80 kg).
3. Pembuangan limbah ( sisa pembakaran) Batubara
memerlukan ijin khusus pembuangan karena tergolong kedalam limbah B3 sedangkan
untuk cangkang sawit tidak memerlukan ijin khusus karena tidak limbah beracun.
4. Sisa pembakaran cangkang sawit tidak memerlukan ijin
pembuangan karena tidak beracun dan sisa pembakaran dapat digunakan sebagai
bahan pupuk tanaman.
5. Hasi Penggunaan cangkang sawit lebih ramah
lingkungan daripada penggunaan batubara.
6. Penggunaan Cangkang sawit lebih menjamin untuk
kesehatan ruang linkup pabrik, karyawan maupun untuk llingkungan kawasan
pemukiman penduduk.
7. laporan analisa sucopindo bahwa dengan volume tes
lab. ± 2.44 kg bisa menghasilkan 4500 Kcal.